Di antara semua hubungan Asmara yang pernah ada di dunia ini, ada beberapa yang "selamat" hingga ke suatu pelaminan? Namun Tak semua itu terjadi, dan tentu saja. Tidak pernah ada suatu jaminan bahwa yang selamat itu adalah hubungan kita berdua.

Walaupun begitu, kita harus tetap memutuskan untuk meneruskan kedekatan kita untuk menjalin sebuah hubungan. Waktu itu, segalanya memang tampak lebih mudah, karena kita memang masih bisa hanya mengandalkan cinta dan kenaifan di muda. Karena kita memang masih belum retak ditekan oleh realita, dan tak menyerah karena kehabisan tenaga. Kita masih bisa bahagia. Namun terhadap diri kita, masa depan memilih menampilkan sikap antagonisnya. Kini sudah jelas faktanya: kitapun tak lagi bisa bersama.

Diriku dan kamu tak akan pernah bersanding di sebuah pelaminan, sebagaimana harapan yang pernah kita punya. Dan aku hanya ingin berkata bahwa itu semua tak mengapa. Bagaimanapun, bahagia itu yang pernah kita rasakan, walaupun hanyalah sebentar, Namun itu nyata.
Walau rasa ini masih ada, kita pun sudah kewalahan menghadapi ego kita yang besar kepala. kita terlalu kewalahan untuk berbagi jalinan. Aku tidak tahu kapan tepatnya, kitapun tak lagi bisa untuk menjadi satu.

Di balik pertengkaran, selalu tak ada solusi sebagai penyelesaian. Hanya ada sebuah makian yang membuat telinga ini makin merah, dan sakitnya hati kian bertambah. Kita memang mulai tumbuh dan berkembang. Bukanlah lagi pribadi lugu yang dulu saling menelan cinta yang mendalam. Kamu dan aku saling belajar, bahwa dunia ini tak hanya di isi oleh cinta semata, ada begitu banyak unsur yang bisa dikupas dan ditelan demi menambah wawasan.

Tanpa kita sadari, kita memiliki banyak sebuah perbedaan yang membuat jalinan ini kian tumbang. Kita makin renggang dan merasa terganggu jika bersama. Kekuranganku terlihat begitu mematikan di matamu. Begitu pula dengan sebuah kealpaan kecil yang kau ciptakan, dengan mudahnya membuat sebuah gurat kecewa.


Ibarat bagai tubuh ini, dulu kita mau berbagi peran agar badan ini tetap berjalan. Namun kini, ada dua kepala dalam satu raga. Aku melihat ke kiri dan kamu ke kanan. Kita tidak bisa lagi berada dalam satu haluan. Kita memang menginginkan jalan yang tak lagi sama. jalur yang kita harapkan sudah tak sama, tujuan kita pun sangat jauh berbeda. Sayang,mungkin memang kita sudah terlalu kewalahan untuk berbagi jalinan. Tak ringan rasanya mengurai ikatan hubungan ini yang telah lama usianya. Apalagi, yang kita rangkai ini bukanlah kisah cinta anak remaja.
Tak mudah mengakhiri cerita yang tertulis rapi. Bagaikan buku cerita, kita telah memiliki banyak episode. Alur yang kita jalinpun terasa sangat sempurna. Dengan bumbu pertengkaran yang makin membuat penanya kian berwarna. Kita sudah memiliki wacana sebagai pengisi bab terakhir dari kisah kita berdua. Duduk berdampingan di pelaminan dengan disaksikan oleh keluarga dan kerabat lainya, beserta para sahabat.

Masa depan yang telah kita rencanakan memang membuat kisah kita naik kastha. Bukanlah lagi cerita cinta khas anak remaja lagi yang dijalani dengan malu-malu dan pamer akan kemesraan. Sungguh sulit untuk melepasmu yang begitu banyak mengguratkan kenangan. Dari mulai boneka pemberian hingga kumpulan tiket bioskop yang dulu gemar kita berdua kumpulkan. Aaah, rasa-rasanya kaki ini bertambah beban tanpa kehadiranmu di sisiku. Tak akan ada lagi dekap dan kecup yang bisa dibagi.

Memang tak semua pasangan yang telah menganyam cerita bisa berakhir dengan bahagia. Percayalah kita bukanlah satu-satunya di dunia ini. Banyak pasangan manusia lainnya yang juga harus mengakhiri sebuah hubungan demi kebaikan.

Yakinlah. Bahwa suatu perpisahan merupakan akhir cerita manis bagi kita berdua. Kemungkinan ke depannya kita justru akan menemukan pasangan yang sepadan, dan takkan lagi menimbun luka seperti yang pernah saling kita lakukan. Yaaa, kita memang memerlukan suatu cara berbeda untuk mendapat kebahagiaan. Dan disinilah kita harus berpisah jalan. Pasti ada sebuah alasan mengapa kita berdua pernah dipertemukan. Yang tak bisa menjadi masa depan, akan mampu memberikan suatu pelajaran.


Terimakasih ku ucapkan kepadamu. Di dunia yang sementara ini, kita tlah dipertemukan dengan banyak manusia yang memang sudah memiliki peran dan porsinya tersendiri. Yaaaa, mungkin memang inilah porsiku bagi dirimu, serta peran dirimu untuk diriku sudah cukup terpenuhi. Kita pun harus pergi untuk bertemu dengan sosok lainnya, yang bisa membuat diri kita makin kaya sebagai manusia. Atau Mungkin juga akan segera datang orang lain yang sanggup menutup lubang menganga di hati.

Terima kasihku untukmu yang sudah pernah menggoreskan kuas yang kaya akan warna dalam kehidupan cintaku yang serupa bagai kanvas. Banyak guratan baru yang aku tekuni. Diriku belajar membawa diri serta menahan sebuah emosi. Hingga Aku tahu dimana kelemahan serta kelebihanku setelah bercermin dari hubungan kita yang telah berlalu.

Sungguh, aku memanjatkan doa bagi kita berdua. Semoga di kemudian hari kita akan menemukan belahan jiwa yang sepadan. Semoga kita bisa menatap masa depan yang baik walau berbeda haluan. Terima kasih sekali lagi ku ucapkan untukmu, yang pernah mengisi sela-sela hariku. Semoga raga dan jiwamu selalu berbahagia.

Share this:

Related Posts

Show Disqus Comment Hide Disqus Comment

Disqus Comments