Pada suatu malam di saat duduk sendiri dirinya di datangi Arwah sahabatnya, jika sahabatnya datang dan mengaku tak kuat lagi untuk menahan siksa api neraka. Sebagai ketua geng, dirinya dituntut oleh arwah sahabatnya, untuk membebaskan mereka dari siksaan. Secara logika bagaimana mungkin hal ini bisa dilakukannya..?. Memang benar kata orang-orang bahwa jodoh, maut, dan rezeki adalah suatu hal yang misteri dan itu rahasia Tuhan kepada manusia. Misalnya, sekarang kita kaya, mungkin nanti bisa jadi miskin. Hari ini jahat, mungkin besok bisa jadi baik. Atau sebaliknya hari ini baik, besok bisa berubah jadi jahat. Demikian seterusnya. Semuanya berjalan mengikuti siklus yang ada. Siapa yang kuat, dialah yang dapat bertahan.

Begitu pula yang terjadi pada sahabat karibku. Sebut saja Gogon namanya (bukan nama asli). Semasa duduk dibangku SMA, temanku tergolong santri, dan rajin menjalankan perintah agama. Tapi setelah merantau ke pulau Bali, Dirinya berubah menjadi berandalan, pemabok dan pec4ndu n4rkoba.

Gogon sendiri sebenarnya hanyalah sebuah julukan dari teman-teman yang lain, yang pada saat itu masih sama-sama duduk di bangku SMA. Waktu itu, keberangkatan Gogon ke bali sebenarnya hanya untuk menuntut ilmu ke salah satu universitas di sana yang sangat didambakannya. Namun karena gagal masuk ke perguruan tinggi idamannya tersebut, karena kegagalan itu, dia nampaknya lebih tertarik kepada dunia kehidupan yang "semau gue". Dari sini, iapun mulai mengenal bisnis barang haram yang menghasilkan banyak uang. Daripada pusing-pusing menghadapi pelajaran.

Atas ajakan seorang temanya yang bernama Ringga, akhirnya gogon tinggal di Bali. Karena Bali menurutnya memiliki potensi untuk mengembangkan usaha haramnya tadi. Bali sebagai pulau wisata, pasti banyak menyimpan sebuah misteri kehidupan, dari kegiatan yang sifatnya baik-baik sampai yang paling buruk sekalipun ada. Karena lingkungan bali sangat memungkinkan bagi setiap orang untuk berbuat yang serba bebas.

Selama tinggal di Bali, gaya hidup Gogon mulai berubah. Dia sudah banyak bergaul dengan orang-orang dunia kelam lainnya. Dunia kekerasan, mir4s maupun n4rkob4 bukanlah barang yang asing lagi bagi dirinya. Bahkan hidup dalam penjara saja pernah ia alami selama 2,5 tahun, karenaterkena kasus haram. Namun penjara ternyata tak membuat gogon menjadi jera. Yang terjadi malah sebaliknya. Sekeluarnya dari penjara, Gogon berbuat lebih nekad lagi. Dia bukan saja sebagai pemakai dan pengedar, tapi juga berambisi menjadi agen atau pemasok barang haram tersebut.

Nampaknya, semakin lama Gogon semakin berani menjalankan bisnisnya, dan semakin jauh pula kehidupannya dari jalan agama, yang semasa SMA dulu begitu tekun. Saat ini perilakunya semakin rusak dan sudah berputar 180 derajat dari kehidupannya yang dulu, sebelum merantau ke bali, dan terlibat dengan pergaulan yang keras.

Hingga pada suatu hari, terjadilah perkel4hian antara geng yang dipimpin Gogon dengan anggota geng lainnya. Korban luka berjatuhan, bahkan korban nyawa pun tak bisa dihindari lagi. Untung saja ketika itu, Gogon bisa menyelamatkan diri walau dirinya juga mengalami luka ringan di tubuhnya.
Setelah perkelahian itu, polisi berdatangan untuk mengevakuasi lokasi maupun orang-orang yang terlibat. Sekali lagi Gogon terhindar dari kepungan petugas polisi, ketika itu dia harus berjam-jam lamanya berada dalam genangan air selokan yang memuakkan.

Polisi tak bisa menangkapnya, namun jati diri Gogon dan tanggotanya telah diketahui polisi, dan polisi pun terus berupaya mencari dan mengejarnya. Karena gerak-geriknya di bali sudah semakin sempit, akhirnya Gogon hengkang jakarta, guna menyelamatkan diri dari kejaran polisi.

Dasar Gogon, lagi-lagi dirinya melakukan kegiatan seperti di Bali. M4bok mir4s atau n4rkob4 itu sudah menjadi kebiasaannya tiap hari, yang sepertinya akan sulit untuk ditinggalkannya. Hampir tiap hari kerjanya hanyalah m4buk-m4bukan, dan tak ada seorang pun yang bisa mencegahnya. Bila ada yang nekad mencegahnya, maka gogon akan murka dan berjanji akan membuatnya celaka.

Hingga tibalah pada suatu malam, Gogon dan teman-teman barunya di Jakarta, berpesta mir4s di rumah kontrakan tempat persembunyian geng mereka. Begitu hebatnya mereka teler, sampai akhirnya mereka semuanya lelap dalam tidurnya. Pada keesokan harinya gogon mulai membuka matanya. Dia segera bangkit dari tidurnya, lalu duduk. Dirinya heran karena yang dilihatnya semua teman-temannya sudah tak ada di tempat itu. Mungkin mereka semua sudah pergi, dan sengaja meninggalkannya seorang diri, sebab tak ada satupun yang berani membangunkan Gogon.

Dengan mata yang masih merah, ia melotot ke arah pintu. Anehnya, begitu ditatapnya, pintu itu mengeluarkan bunyi  agak nyaring, seperti ada yang membukanya dari luar. Dan benar saja, pintu itu memang mulai terbuka. Mata gogon terus memelototinya.

Jangan-jangan polisi mau meringkusku..!! begitu terlintas dalam benak gogon.
Tak lama kemudian, sebuah gumpalan asap putih masuk melewati sela-sela pintu yang meregang tadi. Dan lama-lama asap itu membentuk semacam hantu pocong. Kesadaran gogon sebenarnya belum pulih 100%, dan dengan agak sempoyongan dia berusaha mendekati pintu yang ada hantu pocongnya tersebut.

Belum lagi gogon mencapai pintu itu, asap berupa pocong tersebut mengeluarkan suara tangisnya yang mengiba-iba. Pastinya Gogon mundur beberapa langkah dan duduk lagi di atas kasur. Setelah menghela nafas keras beberapa kali, Gogon pun memberanikan diri lagi untuk mendekatinya, namun hantu pocong tersebut berteriak-teriak sambil mengaduh kesaktian dan akhirnya kembali berubah menjadi gumpalan api.

Gogon pun tercengang melihat pemandangan yang.benar-benar aneh tersebut. dan setengah menit kemudian, asap tersebut menghilang. gogon sangat kaget dan keheranan, dan karena pula dia menjadi sadar betul. Dengan pelan-pelan ia mendekati dan meraba pintu itu. Namun tidak ada apa-apanya, pintu ya tetap pintu.

Aah, barangkali aku hanya berhalusinasi saja.?? pikir Gogon.
Suara adhan berkumandang dari sebuah masjid dekat rumah kontrakannya, bersamaan itu pula lamunan Gogon yang memikirkan kejadian aneh itu buyar. Dia pun berusaha mendekati jendela dan membukanya, seakan ingin lebih jelas lagi mendengarkan kalimat panggilan sholat bagi seorang muslim itu.

Dirinya lalu menggumam sendirian, Masyaa Alloh..!!. Entah berapa lama sudah aku tidak melaksanakan sholat, dan entah berapa banyak pula kemaksiatan dan dosa yang pernah aku lakukan. Astagfirullah al adzim...!!!.

Mata memandang jauh dari lubang jendela kamarnya yang berada di lantai atas. Dia seakan ingin melakukan kilas balik atas semua perbuatan maksiatnya yang berlumuran dosa itu. Tak terasa beberapa tetes air matanya keluar dari kelopak matanya yang sudah tampak mencekung.

Waktu itu, Gogon seharian tak keluar rumah. Dirinya hanya duduk-duduk di kamarnya sambil melamun dan merenungi nasibnya yang kini terjerumus dalam dunia hitam. Bahkan makan pun tiada selera. Ia hanya merebus sebungkus mie instan untuk sekedar mengisi perutnya, yang sejak tengah malam tadi tanpa di isi oleh makanan, kecuali hanya cairan haram yang seakan membakarnya.

Kendati titik-titik cahaya iman sudah mulai memasuki batinnya, namun Gogon belum terbuka lagi hatinya untuk mengerjakan sholat. Tapi setidaknya itu sudah merupakan sebuah tanda-tanda baginya untuk kembali ke jalan yang benar. Karena jiwanya masih sangat labil, bergejolak. dan gogon mendengar suara tangis yang sama persis seperti tangisan hantu pocong tempo hari. Mata Gogon pun menoleh ke arah datangnya suara tangisan itu. Dan ternyata dirinya kembali melihat sebuah bayangan, atau persisnya asap putih yang berbentuk pocong. Sosok aneh ini mengawang-awang di balik jendela berkaca naco yang belum tertutup gorden.

* Kali ini pocong tersebut mengeluarkan Ucapan, dan berkata : Booss, tolong saya..Tolong Bos, tubuh saya dibakar api neraka.
Heei set4n... siapa kamu?? Pergi...pergi dari sini!?? bentak gogon, gelagapan.
* Jangan begitu dong, Boos. Saya Ringga, teman Bos sendiri. Hanya kepada Bos saya berani meminta tolong untuk membebaskan saya dari api neraka yang terus mengepung saya bos, ujar asap aneh berbentuk pocongan mayat tersebut.. !! Bersambung Ke Halaman Selanjutnya

Share this:

Related Posts

Show Disqus Comment Hide Disqus Comment

Disqus Comments