Jenewa - Inilah nasib seorang insan manusia, seakan tiada tempat yang tenang untuk berdiam di muka bumi ini. Bahkan setelah meninggal pun masih saja ada saja manusia yang usil untuk mengganggunya. Kalian mungkin masih ingat dengan peristiwa beberapa tahun yang lalu di Purbalingga. Sumanto dengan berani dan nekat mengusik ketenangan mayat nenek Rinah, dengan mengambil tubuhnya di dalam kubur untuk dimakan. Lain lagi Chiko, 26 tahun, (Nama samaran), seorang pemuda dari kota jember.

Dirinya menggali kubur seseroang dengan maksud hanya untuk mengambil kain mori sebagai media pesugihan. Chiko dengan tega mengabil satu-satunya barang si mayat yang dia bawa ke alam kuburnya, yaitu selembar kain kafan.

Sifat nekat Chiko dikarenakan beban hidup yang telah menghimpit keluarganya. Dirinya megikuti jalan sesat seperti yang pernah ditempuh oleh temannya yang sekarang menjadi orang yang kaya raya. Berkat kenekatan dan keberaniannya, mencuri kain kafan orang yang mati pada malam Jum'at Kliwon atau Selasa Kliwon, Chiko berharap bisa mendapatkan apa yang dia inginkan, sehingga bisa menjadi kaya raya dan tak lagi mengontrak rumah lagi. Ritualnya dianggap paling mudah dan sederhana. Karena jika dirinya berhasil mengambilnya, ia bisa meminta apa saja pada sosok mayat yang diambil kafanya terssebut, sebagai tebusan. Seperti petunjuk Ropek (nama samaran).

Kenapa harus orang yang meninggal pada hari Jum'at atau Selasa Kliwon yang digunakan sebagai ritual pesugihan?. karena sudah memang menjadi syarat ilmu kejawen dam ritual pesugihan kain kafan yang telah dipercaya sejak dulu

Berbulan-bulan Chiko menanti dan mengintai orang yang mati pada hari tersebut. Tak jarang dirinya menyelidiki, mencari sebuah informasi secara diam-diam, hingga ke kampung sebelah. Jika ada yang meninggal pada hari yang ia harapkan agar bisa digunakan sebagai media ritualnya.

Hingga akhirnya dirinya menemukan orang yang telah meninggal seperti yang diharapkannya itu.

Sangatlah beruntung sekali diriku waktu itu, karena yang meninggal adalah seorang anak kecil. sehingga aku berani mengambil kain kafannya. Jika yang meninggal orang dewasa, mungkin aku tak sanggup untuk mengambilnya. Karena si mayat tak mungkin rela bila selimutnya saya ambil. Dia pasti akan mempertahankan kain kafan itu sehingga aku pun harus berkelahi dengannya di liang kubur.!!. cerita Chiko mengawali kisahnya.

Memang benar, taruhannya adalah nyawa untuk mendapatkan dan merebut kain mori yang sedang dipakai si mayat. Di samping itu harus waspada terhadap orang lain agar tak diketahui, dan juga harus mati2-an dalam proses pengambilannya. Ketika saat menggali kuburan, tak boleh menggunakan peralatan apapun. Jadi harus menggunakan kedua tangan. Hal inilah yang harus diperhatikan, supaya ritual tidak sia-sia.

Lalu setelah membuka tali pengikat mori, harus secepatnya menarik kain mori tersebut menggunakan gigi. Seberapa pun yang di dapatkan, itulah yang harus di bawa pulang sebagai media pesugihan. Jadi tidak boleh mengambilnya berulang-ulang kali, cukup sekenanya saja. Beruntung jika bisa mendapatkannya yang cukup lebar sehingga bisa semakin kaya.

Menurut Chiko jika sang mayat sudah kelihatan, disinilah kita harus berhati-hati. Karena si mayat tersebut akan cepat menyer4ng kita dan memperthankan kain kafan yang digunakannya untuk selimut baginya. Percaya atau tidak??, setiap orang yang haus akan harta, dan melakukan ritual ini, pasti dirinya akan berkelahi dengan jasad orang tersebut. Dimana jasad mayat tersebut mungkin saja telah disusupi oleh roh jahat, sehingga tenaga mayat itupun begitu kuat

Aku tak menyangka kalau mayat itu memiliki tenaga yang berlipat ganda. Jauh lebih besar dari tenaga seorang manusia pada umumnya. Walaupun yang aku ambil hanyalah kain mori milik anak kecil, Namun tenaganya seperti orang dewasa. Apalagi jika yang meninggal adalah orang dewasa. mungkin aku tak mampu untuk mengambilnya. Pantas saja jika banyak orang yang tak sanggup dan gagal melakukan ritual ini. tuturnya kepadaku.

Jika dirinya kalah dalam bert4rung melawan si mayat, ia kan babak belur bahkan tak jarang mengalami cacat akibat di puekuli oleh mayat dalam liang kubur. Chiko pun mengalami luka memar dan biru-biru di seluruh tubuhnya. Oleh karena itu, tak jarang orang yang memiliki niat mengambil kain mori milik mayat hanya mendapatkan luka babak belur, tanpa membawa hasil apapun Yang jadi masalahnya, harus konsentrasi agar secepatnya bisa mengambil kain mori dan melepaskan diri dari dalam kubur. Jadi kita sama sekali tak bisa untuk melawannya. uangkapannya kemudian.

Cerita Chiko bisa dimaklumi, disamping menahan takut, dirinya juga harus menahan pukulan dari si mayat tersebut. Hal ini berlangsung lama, karena dalam penggalian serta cara mengambil mori hanya menggunakan tangan dan mulut. Karena menurut kepercayaan tak diperbolehkan menggunakan peralatan. Jika telah mendapatkan kain kafan itu, keberhasilan hidup dimasa depan boleh dikatakan telah di depan mata. Karena menurut Chiko, kita bisa meminta apa saja nantinya pada si mayat yang telah kita ambil kain kafanya. Chiko lalu melanjutkan ceritanya.

Jika sudah mendapatkan kafan mayat, sampainya di rumah langsung di simpan di dalam almari menunggu waktu yang tepat untuk memulainya. Tapi jangan sampai di cuci. Cara menggunakannnya sangat mudah, kain mori tersebut di jadikan sumbu lampu. Tepat pada jam dua belas, malam Jum'at atau Selasa Kliwon. Dengan sedikit ritual dan jampi-jampi tertentu, lalu kita sulut/bakar. Setelah sumbu lampu itu menyala, asap dari sumbu mori tersebut akan membumbung. Dengan ketajaman si mayat, mayat itu akan mencium di mana selimutnya berada. Sehingga bisa di pastikan mayat pemilik kain mori itu akan muncul mendatangai rumah kita. Ia akan terus memutari rumah kita untuk meminta kain kafannya, papar Chiko.

Mayat itu akan merengek dan menangis. Nah, disaat itulah Chiko akan mempermainkan dan memperdayai untuk kepentingannya, yaitu dengan meminta segala sesuatu yang telah diinginkannya. Walaupun menurutnya, dirinya selalu merasa berdosa dan tak tega mendengar suara ratapannya tersebut.

Waktu pertama kali saya mencobanya, Ucap Chiko, saya merinding, bahkan saya ikut menangis. Tapi karena demi urusan perut dan masa depan keluarga, ritual tersebut terpaksa saya teruskan. Menurut Chiko, saat dirinya menyobek kain kafan untuk dijadikan sumbu, ada perasaan lain yang ia rasakan. Perasaan itu semakin terasa saat sumbu kafan mulai disulut di dalam kamarnya. Lalu menyala dan mengeluarkan asap mengepul, memenuhi ruangan. Tiba-tiba dari arah jendela kamar, ada suara ketukan yang dan di iringi dengan sebuah tangisan yang menyayat, serta suara permintaan tolong dari anak kecil.

* Tolong Pak...!!! kembalikan selimutku!! Aku kedinginan. Kembalikan selimutku satu-satunya, selimut miliku yang kamu ambil itu pak. Aku membutuhkannya..!! jangan kamu ambil miliku itu Pak!! Berikan. Aku membutuhkannya..!!.

Suara anak kecil yang berada di luar jendela itu. Chiko tahu persis, jika itu adalah suara sosok mayat yang diambil kain kafannya. Dia terus memohon sambil menangis.

* Selimutmu akan aku kembalikan padamu, tapi nanti jika aku sudah memiliki rumah sendiri yang bagus. Makanya kamu harus bantu aku agar aku memiliki rumah bagus sehingga selimutmu segera aku kembalikan. Janji Chiko kepada sosok gaib di luar.

Tak lama suara itu hilang, entah kemana perginya dan Chiko langsung mematikan lampu templeknya tersebut. Aneh namun benar adanya. Tak begitu lama, Chiko mendapatkan sesuatu yang tak masuk akal dalam sepanjang sejarah dia menjadi karyawan. Sehingga pada akhir bulan ketiga, dirinya benar-benar bisa memiliki rumah sendiri yang bagus. Chiko tak mau berhenti hanya di situ saja. Malam Jum'at Kliwon berikutnya, kembali dia menyulut sumbu kain kafan itu lagi. Sehingga kejadian seperti dulu pun terulang lagi

* Tolong Pak, selimutku kembalikan. Aku tak tahan lagi, aku tak kuat pak, kembalikan selimut itu padaku, rengeknya lagi. Chiko pun kembali menjanjikannya lagi.

Jika kamu ingin aku bantu, kamu juga harus membantuku. Aku menginginkan mobil dan motor baru, jika kamu bisa membantu, nanti selimutmu akan aku kembalikan, jawabnya lagi. Kembali suara itu hilang seperti terbawa angin malam Jum'at Kliwon saat itu. Benar-benar luar biasa, entah uang dari mana tapi yang jelas rejeki Chiko terus mengalir, sehingga dia benar-benar bisa membeli sebuah Mobil dan sepeda motor baru.

Kini Chiko pun semakin percaya pada keampuhan sumbu kain kafan seperti yang diceritakan temannya. Pantas saja temanya semakin kaya saja. Rupanya jika menginginkan sesuatu dia tinggal menyulut sumbu kafan. Lalu empunya akan datang untuk memberinya apa yang dia inginkan, pikir Chiko dalam hati. Kehidupan Chiko benar-benar berubah drastis. Dirinya menjadi seorang yang kaya dan terpandang di kampungnya. Chiko tak berpikir lagi tentang penderitaan mayat yang dicuri kain kafannya. Termasuk keluarga sang mayat yang masih hidup yang tak rela kuburan anaknya di bongkar dan di rusak.

Chiko malah semakin serakah dengan tipu muslihatnya untuk memperdayai sukma orang yang mati. Roh yang seharusnya telah tenang di alam sana, masih ia usik kedamaiannya. Bahkan dimintai seabreg urusan duniawi yang ujung-ujungnya hanyalah tipu muslihat Chiko semata. Selama sumbu kain mayat itu masih ada, Chiko masih terus bisa memperdaya makhluk halus itu. Iapun sendiri tak tahu kapan sumbu itu akan habis sebagai sarana pesugihannya. Bahkan kemungkinan untuk kesekian puluh kalinya dirinya menginginkan sesuatu yang benar-benar dramatis. Dia berjanji kepada arwah anak kecil itu, untuk yang terakhir kalinya, kalau dia akan mengembalikan selimutnya jika dirinya telah memiliki sesuatu yang dia inginkan.

* Ingat pak, ini adalah janjimu yang terakhir kalinya. Aku juga sudah lelah dijanjikan terus menerus. Aku hanya ingin kamu menepati janji itu. Ucap sosok bocah gaib itu sembari pergi.

Aneh bin ajaib, selang beberapa bulan kemudian, Chiko pun bisa memiliki pabrik sendiri. Tapi sayang, sifat serakah orang tak pernah hilang dari hatinya. Chiko masih menginginkan beberapa bidang sawah di kampungnya.

Malam Jum'at Kliwon kurang tiga hari lagi. Niat hati ingin membakar sumbu pesugihan itu, tapi sayang pabriknya roboh akibat angin kencang dan tak bisa terselamatkan lagi. Tak hanya itu, rumah Chikobeserta perabotannya terbakar habis saat kompor gas yang sedang dipakai memasak istrinya meled4k. Chiko benar-benar kecewa, bahkan stress. Kini dirinya kembali lagi menjadi orang miskin yang hidup menumpang pada orang lain. Dia juga kembali menjadi buruh bangunan pada seseorang.

Percayalah Mas, tak pernah ada untungnya mendholimi orang lain, apalagi orang yang sudah mati. Biarkan mereka tenang dan damai di sisi-Nya. Jangan sekali-kali pengalamanku ini dicontoh orang lagi. Ini hanya untuk mengambil hikmahnya saja, bahwa segala sesuatu akan kembali kepada asalnya. Dan semua sudah ditakdirkan serta digariskan oleh-Nya. Ucap Chiko yang kini benar-benar telah inshaf. Dirinya merasa selalu dihantui oleh mayat yang dicuri kain kafannya tersebut.

Share this:

Related Posts

Show Disqus Comment Hide Disqus Comment

Disqus Comments