Peristiwa menakutkan dan mistis yang sangat menghebohkan terjadi di sebuah desa di wilayah Kabupaten jember, beberapa waktu yang lalu. Meski sudah lama kejadiannya, jika mengingatnya orang-orang di desa itu jadi ngeri. Mungkin juga bagi para Pembaca yang mengikuti kisahnya berikut ini.
Ketika itu, warga desa diter0r oleh kehadiran arwah gentayangan. Sang arwah setiap malam mengetuk pintu rumah penduduk. Namun dari kejadian tersebut akhirnya warga menjadi tahu, telah terjadi kesalahan dalam menguburkan jenazah dimaksud. Kejadian ini bermula ketika Ridwan (nama samaran), hendak berangkat merantau ke Jakarta.

Seperti pemuda-pemuda lainnya di desa itu, Ridwan ingin mengadu nasib di Ibu Kota. Ridwan berangkat ke Jakarta menggunakan angkutan bus. Sebelum berangkat, kedua orangtuanya memberikan banyak nasehat.

- Hati-hati conk. Di kota itu keadaannya tidak sama dengan di desa. Janganlah mudah terpedaya dan tertipu oleh bujuk rayu orang. Cari pekerjaan yang halal, jangan jadi pencuri atau maling!" demikian ujar Sahroni, ayahnya. - Kalau bawa uang juga hati-hati. Di kota banyak copet dan jambret!" sambung emaknya. Ridwan hanya mengangguk mendengar semua nasehat orangtuanya.

Dia pun akhir berangkat dengan dilepas oleh kedua orang tuanya dengan deraian air mata. Maklum, baru kali ini Ridwan pergi jauh dari orangtua. Namun begitu, Sahroni dan isterinya berusaha tetap tabah.

Mereka mendoakan anaknya agar diberi keselamatan. Malangnya, setelah sehari atas kepergiannya, tiba-tiba keesokan harinya datang kabar bahwa Ridwan meninggal karena kecelakaan. Ia tewas terlindas truk di daerah Semarang. Berita ini disampaikan langsung oleh petugas kepolisan yang telah menangani kasus kecelakaan tersebut.

Mereka mengetahui alamat Ridwan dari dompet yang ada di saku celananya. Di dalam dompet itu terdapat KTP dan tanda pengenal Ridwan lainnya. Bahkan uang yang dibawanya dari rumah masih utuh. Mendengar kabar tragis itu, kontan saja kedua orang tua Ridwan shock. Ibunya menjerit histeris dan langsung pingsan. Sementara bapaknya terduduk lemas, tak mampu lagi berdiri. Anak laki-laki yang menjadi tumpuan harapan mereka telah tiada.

 Karena jenazah Ridwan masih berada di rumah sakit yang ada di Semarang, maka polisi mengajak salah satu keluarga Ridwan untuk mengambilnya sekaligus untuk proses administrasi. Sarijan, adik bapak Ridwan, diutus oleh keluarganya untuk mengambil jenazah Ridwan. Ketika sampai di rumah sakit, Sarijan dibawa ke kamar mayat.

Dia diberi kesempatan menengok jenazah Ridwan yang sudah dimandikan dan ditutupi kain kafan. Berhubung kondisi mayat Ridwan yang terluka cukup parah, kepalanya remuk tak berbentuk, membuat Ridwan tiak bisa mengenalinya lagi. Sarijan tak bisa melihatnya lama-lama, karena hatinya miris, di tambah rasa takut. Tapi dia meyakini mayat itu adalah keponakannya.

Lagipula, dari bukti dompet yang ditemukan polisi sudah jelas jika mayat itu adalah jenazah Ridwan. Setelah menyelesaikan administrasi, jenazah Ridwan dibawa ke kampung halamannya dengan menggunakan mobil ambulans. Sampai di rumah jenazah Ridwan yang sudah dimandikan, dikafani dan dimasukkan ke dalam peti mati di rumah sakit.

Mengingat kondisi jenazah yang sangat parah, tidak seorang pun diperkenankan melihatnya. Bahkan orang tua Ridwan hanya diberikan kesempatan melihat sekilas saja melalui celah peti mati. Karena dikhawatirkan akan menimbulkan shock berat. Tanpa menunggu lama, jenazah Ridwan kemudian dikuburkan di pemakaman desa. Satu persatu pelayat yang mengantar kepergian Masroni kembali ke rumah. Tapi pembicaraan tentang kematian Ridwan akibat kecelakaan masih berlangsung di tengah warga kampung. Mereka tampaknya masih dibuat kaget dan tak percaya bila Ridwan begitu cepat pergi. Sejak kematian Ridwan hingga malam ke tujuh, di rumahnya diadakan acara tahlilan.

Warga kampung juga datang untuk mengikuti tahlilan. Mereka tak takut dan tidak diliputi perasaan apa-apa, karena bagi mereka sudah hal biasa menghadapi acara kematian. Ketika di malam ketiga sejak kematian Ridwan, terjadi peristiwa yang sangat menghebohkan.

Seorang warga di kampung itu mengaku ditemui arwah Ridwan. Bahkan, Saroji mengalami kejadian yang amat menyeramkan. Dirinya didatangi arwah anaknya. Pada suatu malam setelah usai tahlilan, beberapa warga sudah pulang. Saroji lalu menutup pintu dan jendela. Isteri dan dua anaknya yang lain sudah tidur di kamar. Tak seperti biasanya perasaan Saroji malam itu tidak enak. Ia tak bisa memejamkan matanya untuk tidur. Diapun lalu duduk-duduk di ruang tengah sambil mengisap lintingan. Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu depan. Saroji kaget. Ia merasa aneh, karena di tengah malam begini ada yang datang bertamu. Tapi mungkin itu orang yang tadi ikut tahlilan dan barangnya ketinggalan, pikirnya.

Tanpa prasangka apa-apa, Saroji lalu beranjak untuk membukakan pintu. Sebelum membuka pintu, Saroji sempat menanyai orang yang di luar.

 *Sampeyan siapa?" *Aku, Pak. Aku mau pulang...!! jawab satu suara. Saroji mengerutkan alisnya. Dirinya merasakan ada yang aneh dari suara orang di luar. Karena penasaran, ia segera membuka pintu. Betapa kagetnya, Ia melihat sosok pocongan yang hanya memperlihatkan separo raut wajahnya. Dia tak mampu berkata-kata, karena lidahnya terasa kelu. Seluruh sendi tulangnya seakan mau copot. Sebelum dia jatuh pingsan, sempat terdengar ucapan pocongan itu.

 *Tolong pak. Antarkan aku pulang. Aku tidak mau disini.!!. Ketika Saroji siuman, dirinya sudah berada di atas pembaringan dikerubuti isteri dan anaknya. Mereka sangat cemas. Mereka bertanya padanya, apa yang sebenarnya terjadi sampai dirinya hingga pingsan di depan pintu.

Tapi kejadian serupa di alami beberapa warga lainnya yang tinggal di kampung itu juga mengaku telah didatangi arwah Ridwan. Modus yang digunakan oleh arwah Ridwan hampir sama, yakni mengetuk pintu rumah warga. Dalam keadaan masih memakai kain kafan yang membungkus tubuhnya, Ridwan merintih dan meratap. Dia meminta dirinya dipulangkan. Peristiwa itu membuat seisi desa menjadi heboh. Kabar tentang arwah penasaran Ridwan tersebar dimana-mana.

Warga desa takut untuk keluar rumah di malam hari. Mereka tak berani membukakan pintu bila ada yang mengetuk. Mereka benar-benar dicekam ketakutan. Kondisi ini tentu saja membuat sedih keluarga Saroji. Mereka tak mengerti, mengapa arwah Ridwan jadi penasaran dan mengganggu warga desa.

Padahal seumur hidupnya Ridwan tak pernah berbuat cacat dan cela. Dia juga anak yang rajin bekerja. Apakah karena dia meninggal dalam keadaan tragis, sehingga arwahnya menjadi tidak tenang, itu yang di pikir Saroji. Suasana menegangkan dan mencekam yang menyelimuti warga desa mencapai puncaknya tatkala pagi yang masih berselimut kabut.

Ridwan muncul di jalan desa. Ia berjalan sambil menenteng tas ransel menuju ke rumahnya. Banyak warga yang tercengang dan lari ketakutan. Mereka bersembunyi di dalam rumah masing-masing. Sikap para tetangga yang tampak ketakutan melihat kehadirannya itu membuat Ridwan jadi heran. Sesampainya di rumah, Ridwan juga menghadapi hal sama. Orang tua dan saudara-saudaranya tampak ketakutan. Mereka berteriak-teriak memintanya pergi.

*Pergi, pergi! Jangan gangguan kami!" seru Saroji, ketakutan
*Looh, Pak, Bu! Ada ada apa ini sebenarnya?? Kenapa semua orang jadi ketakutan melihatku??. Aku ini Ridwan, Pak. Aku baru datang dari Jakarta," tegas anak muda itu.
*Kamu bukan Masroni, kamu arwah gentayangan! Ridwan anakku sudah mati. kata Saroji. *Astaghfirullah, Pak! Ngomong macam apa ini? Aku benar-benar Ridwan, anak Bapak. Coba Bapak perhatikan baik-baik, aku ini masih menginjak tanah. Lagi pula mana ada hantu gentayangan di siang hari.?. Karena ucapan Ridwan begitu meyakinkan, kedua orang tua itu baru sadar.

Orang yang berdiri dihadapannya benar-benar Ridwan. Mereka lalu menghambur memeluk Ridwan dan menangis. Mereka merasa senang, karena Ridwan ternyata masih hidup. Ridwan menjadi bingung dengan kejadian ini. Setelah tangisan kedua orang tuanya reda, mereka baru bisa menceritakan yang telah terjadi. Ridwan mendengarkan dengan seksama cerita orang tuanya sambil sesekali tampak terperangah.

*- Wah, pantas semua orang takut melihatku. Rupanya aku dikira sudah mati. Padahal semua itu tidak benar..!! cetus Ridwan agak geli.
*- Kalau begitu, siapa mayat yang pernah kami kuburkan itu??. tanya Saroji, seperti menggumam.
*- Yaa, mungkin ini ada kaitannya dengan kejadian yang saya alami, sewaktu saya berangkat ke Jakarta menggunakan bus dan berhenti di daerah Semarang, aku turun sebentar untuk mencari makanan. Tiba-tiba ada orang yang menyenggolku.

Waktu itu aku tidak sadar. Baru ketika aku naik kembali ke dalam bus dan melanjutkan perjalanan, aku baru tahu dompetku kecopetan.
*- Aku yakin dompet itu dicopet orang yang menyenggol waktu berhenti di Semarang. Kemungkinan korban kecelakaan yang dikira mayatku, ya si pencopet itu," jelas Maroni sambil mengingat-ingat. *- Kenapa kamu tidak memberitahukan kepada kami kalau kamu masih hidup? Setidaknya kamu kan bisa kirim kabar kalau sudah sampai di Jakarta??.
*- Ya, aku kan gak tahu dengan kejadian di sini, Pak. Begitu sampai di Jakarta aku langsung ke rumah Pakde Hadi. Aku menceritakan kejadian yang ku alami. Oleh Pakde aku disuruh tinggal sementara di rumahnya. Tapi entah kenapa, aku merasakan ada firasat aneh. Sepertinya ada yang membisikan saya untuk segera kembali ke kampung lagi. Soalnya semua uang yang saya bawa benar-benar ludes diambil oleh si pencopet. Saya tidak mau membebani Pakde kalau hanya hidup menumpang.

*- Aku lalu pinjam uang sama Pakde dan membeli tiket pulang ke kampung. Niatku mau minta sangu lagi sama Bapak. E....tidak tahunya di sini telah terjadi kehebohan..!. Mendengar penuturan Ridwan, hati Saroji dan isterinya merasa lega. Mereka bersyukur karena Ridwan masih hidup. Tapi sejurus kemudian perasaan mereka jadi kecut karena masih menyimpan persolan dengan mayat asing yang telah mereka kuburkan.

* Lalu, bagaimana dengan mayat yang tak dikenal yang kita kuburkan itu?? Kalau tidak segera diatasi, nanti arwahnya akan terus gentayangan mengganggu warga desa??. cetus Saroji cemas.

* Begini saja, Pak. Kita minta saran pada orang pintar yang mengetahui masalah seperti ini, usul Ridwan. Semua setuju.

Merekapun menemui seorang Kyai di daerah itu. Oleh Kyai disarankan untuk mengadakan prosesi ulang dalam menguburkan jenazah orang yang tak dikenal itu. Ini harus dilakukan karena sebelumnya mayat itu diatas namakan orang yang masih hidup. Disamping itu, harus dicari keluarga si mayat untuk mendapatkan keridhoanya. Jika dimungkinkan, jenazah orang yang tak dikenal itu bisa dipindahkan ke tempat yang dikehendaki keluarganya.

Jika keluarganya ikhlas jenazahnya tetap dikubur ditempat itu, pemindahan tak perlu dilakukan. Soal mencari keluarga mayat tak dikenal kita serahkan pada polisi. Dan tampaknya tak begitu sulit bagi polisi mencari keluarga mayat yang tak dikenal itu. Seperti pengakuan Ridwan bahwa dompetnya dicopet, polisi lalu menelusuri jejak sang pencopet.

Mereka punya data tentang para pelaku kriminal di setiap daerah. Akhirnya, keluarga si pencopet pun ditemukan. Nama pencopet malang tersebut adalah Juned. Keluarga Juned mengaku sudah lebih seminggu Juned tak pulang ke rumah. Setelah dicocokan dengan data forensik di laboraturium, diketahui bahwa mayat yang tak dikenal itu adalah Juned. Atas keinginan pihak keluarga kuburan juned lalu dipindahkan ke kampung halamannya. Begitulah. Sejak makam Juned dipindahkan, arwah gentayangan itupun tak pernah lagi muncul dan mengganggu warga desa. Tapi Ridwan yang pernah dikabarkan meninggal masih tetap gentayangan sampai saat ini. Ya, dia memang masih berumur panjang..!!!

Share this:

Related Posts

Show Disqus Comment Hide Disqus Comment

Disqus Comments