Seorang Rentenir Hidupnya Kaya Sesaat Dan Akhirnya Sengsara Sebelum Ajalnya Tiba Blog Jenewa November 20, 2016 Siapapun yang berhutang kepada seorang rentenir itu sudah pasti tidak akan pernah sanggup untuk membayarnya. Hutang yang tak berbayar akan terus berbunga, hingga terus menerus...!!. Siang itu, ada dua seorang pemuda berjalan cepat menuju Desa Cangkring. Walau berasal dari daerah yang beda, namun keduanya menimba ilmu di tempat yang sama. Karena dapat kabar tidak baik mengenai kedua orang tuanya, maka Robi pun memutuskan untuk pulang ke kampungnya dengan mengajak Ropek. Sekitar kurang lebih 11 tahun di pesantren di jember, Jawa Timur, Ropek yang rutin menjalani puasa sunnah Nabi Daud AS. Lantaran kebiasaan itulah yang membuat dirinya memiliki berbagai kelebihan di banding santri lainnya. Ropek memiliki beberapa ilmu yang kesemuanya dikuasai dan nyaris sempurna. Di antaranya, ilmu Rubuk dan Ilmu rogo Sukmo yang bisa menundukkan jin kafir. Mereka berdua sudah hampir tiba di sebuah lokasi pekuburan umum yang sangat luas dan letaknya di bukit yang berada di tengah-tengah areal sawah. Ketika jalan setapak di samping kuburan yang mereka lewati hampir habis, mendadak Ropek menahan langkah Robi. Bii, berhenti dulu sebentar. Sepertinya, di dalam sana sedang ada mayat yang masih baru dikubur," Ujar Ropek. Robi pun melayangkan pandangannya ke kuburan. Robi melihat beberapa orang lelaki, tengah menurunkan mayat ke dalam liang lahat. 😇 Robi, sebaiknya kita ke sana sebentar..!! ajak Ropek. 😖 Untuk apa?.. tanya Robi. 😃 Yaa.. kita ikut mendo'akan si mayat agar arwahnya mendapat ketenangan dan pengampunan di akhirat nanti. ajak Ropek. Sebenarnya Robi ingin protes. Di dalam benaknya, dirinya ingin secepatnya sampai di rumah untuk melihat keadaan ibu, bapak, adik, dan saudara-saudaranya. Setibanya di pemakaman, ternyata yang sedang dikuburkan adalah mayat seorang petani yang semalam meninggal secara tak wajar. ➧ Meninggal tak wajar gimana, Pak??. bisik Ropek kepada salah seorang pelayat. ➧ Seluruh tubuhnya penuh dengan luka seperti diser4ng binatang bu4s, bahkan lehernya nyaris putus.!!. ujar si pelayat. ➧ Kok bisa begitu ya Pak??. potong Robi. ➧ Kabarnya Sih, karena dia tak bisa membayar hutangnya kepada Rentenir terkaya di desa kami. Sudah begitu banyak korban yang jatuh. jawab lelaki itu. Sebenarnya, Ropek ingin sekali bertanya banyak tentang kematian seorang yang dianggap tidak wajar oleh penduduk desa. Namun, karena kasihan Robi yang sangat rindu kepada keluarganya, maka sengaja menyembunyikan semua keinginanya. Setibanya di rumah orang tua Robi, malamnya mereka berkumpul dengan suasana yang hangat bersama ayahnya Robi. Saat itulah ayah Robi menceritakan tentang kesulitannya. ➧ Bapak punya hutang kepada seorang rentenir di desa ini. Setiap saat hutang Bapak akan selalu bertambah. Sapi dan sawah sudah Bapak jual untuk melunasinya. Tapi jangankan pokonya, bunganya saja membuat leher seakan terikat,!!. Ucap ayahnya Robi. Robi terpukul sedih. Dirinya tak bisa memberikan saran, kecuali satu; "Jika memang Bapak sudah terjepit, bagaimana jika rumah ini kita jual saja." ➧Percuma saja.! Sebab Bapak sudah terikat dengan perjanjian dengan Rentenir itu," ujar bapaknya. ➧Perjanjian apa???" ➧Jika dalam tiga kali panen Bapak tidak bisa melunasi, maka nyawa bapak yang jadi tebusannya. Sebab, saat mengucapkan perjanjian peminjaman uang untuk yang ketiga kalinya, Bapak harus membubuhkan cap jempol dengan d4rah, ⤹penjelasan Pak Robi. "Anehnya lagi, sejak itu Rentenir tersebut tak pernah menagih hutang-hutangnya," Lanjutnya. Ropek yang awalnya hanya berdiam diri langsung saja menengahi. ⏫Pak, bolehkah saya mengajukan usul??? tanyanya. ➧ Silahkan, Nak..!! ujar Pak Robi. ➧ Sebenarnya, masalah ini bisa dipecahkan. Saya pikir, Rentenir itu dengan sengaja mencari tumbal dengan cara meminjamkan uangnya pada orang-orang yang sedang terjepit..!! jawab Ropek tegas. ➧ Kalau boleh saya tahu, siapa nama Si Rentenir itu, Pak???. ➧ Mustim. Orang desa sini biasa memanggilnya dengan Pak Mustima. Sesa'at Ropek pun terdiam. Dirinya mengerutkan keningnya, dan setelah itu terdengar Ucapanya; ➧Benar, dia punya peliharaan yang ganas yang setiap tahun harus diberi makan. Dan makanannya adalah nyawa dari yang terlibat hutang dengan pemilik iblis itu. ➧ Ropek menghela nafas dalam-dalam. "Padi yang rusak juga perbuatannya. Maksudnya, agar panen calon korbannya itu selalu gagal, dan akhirnya meminjam uang kepadanya,. sambungnya. ➧ Nak Ropek, memang kapan kira-kira iblis itu akan datang kesini? Hari apa, bulan apa, dan jam berapa??? berondong pertnyaan Pak Robi, dengan tegang. ➧ Iblis tersebut akan datang kira-kira seminggu lagi. Tepatnya, di malam Selasa Kliwon,. tegas Ropek. ➧ Tolong, carikan saya orang yang belum dikenal oleh Pak Mustim dan bisa mengantarkan saya ke rumahnya," pinta ropek kemudian. Hari itu juga keluarga Pak Robi mulai sibuk. Semua anggota keluarganya berusaha untuk memenuhi permintaan Ropek yang telah berjanji akan menolongnya. Dan Robi sendiri juga berusaha untuk menenangkan hati Bapaknya yang mulai dicekam rasa cemas dan takut. Bahkan seisi rumah nampak mulai ketakutan. ➧ Nak Ropek, kalau boleh bapak tahu untuk apa mau datang ke tempat tinggal Rentenir itu???" tanya pak Robi. ➧ Untuk meminjam uang sebelum iblis itu datang menagih hutang sekaligus nyawa Pak Robi!!" jawab Ropek. Meski ada rasa ragu dengan kemampuan Ropek, namun Pak Robi tetap mencarikan orang yang akan mengantarkan Ropek ke rumah Rentenir tersebut. Dan dia adalah adik kandung Pak Robi yang baru datang dari Bondowoso, dan untuk sementara dia tinggal di rumah adik Pak Robi yang beda desa. Malam itu juga, di rumah Pak Robi berkumpul orang-orang yang akan melakukan perintah Ropek. Dan besok siangnya, Ropek pergi ke rumah Pak Mustim yang diantar oleh Sukron. ➧ Siapa kalian?? Dan ada kepentingan apa datang kemari?. tanya pak Mustim pada kedua tamunya. ➧ Nama saya Ropek, Pak. Dan ini adalah paman saya yang baru datang dari Lampung, namanya Sukron. Baru satu bulan kami tinggal di sini, kami kemari ada keperluan penting," tutur Ropek sopan. ➧ Penting apa??" tanya Pak Mustim seraya mengerutkan keningnya. ➧ Saya dengar Pak Mustim suka menolong orang yang sedang kesulitan. Jadi, bisakah saya minta tolong kepada Bapak?? Saya ingin mencoba berdagang di desa ini pak, tapi tidak ada modal. Bisakah Pak Mustim meminjamkan saya uang? Dan jika usaha dagang saya maju, saya akan secepatnya mengembalikan," kata Ropek. ➧ Apakah saudara punya jaminan??" ➧ Maksud bapak??" ➧ Misalnya, sawah, rumah atau kerbau dan sapi." ➧ Maaf pak, saya tidak punya apa-apa selain kepercayaan. Saya berani jamin, dalam tempo waktu sepuluh hari saya bisa mengembalikan uang pinjaman itu pak," kata Ropek mantap. ➧ Kalau tidak, apa yang akan kamu lakukan??" tanya pak Mustim. ➧ Nyawa saya sebagai taruhannya!!! tegas Ropek. ➧ Kamu berani membayar utang dengan taruhan nyawamu??" tanya Rentenir itu kaget. ➧ Ya pak..!!" Ropek mengangguk pasti. Pak Mustim terkesiap. Baru pertama kali dirinya menghadapi orang yang berani mati dengan cara yang mengerikan. Akhirnya pak Mustim mengangguk dengan hati penuh tawa dan kemenangan. ➧ Berapa uang yang saudara butuhkan??' tanya Rentenir itu dengan terburu-buru. Ropek pun menyebutkan angka sebesar pinjaman ditambah dengan bunga yang menjadi beban Pak Robi. Sekitar Rp. 25 juta. ➧ Sebesar itu??'' Pak Mustim agak kaget. ➧ Ya, pinjaman itu sesuai dengan jaminan nyawa saya pak.!! kata Ropek. ➧ Baiklah. Kapan kamu memerlukannya?'?? ➧Sekarang!'' ➧Sekarang?'' ➧Yaa.!! ➧Baiklah. Tunggu, saya ambilkan dulu ya' Pak Mustim pun masuk ke dalam kamarnya. Dan tak lama kemudian, keluar dengan membawa tumpukan uang. Sebelum pulang, Ropek diminta untuk membubuhkan tanda tangan di atas selembar kain putih dengan dar4hnya. Sekembalinya dari rumah Pak Mustim, Pak Robi dan keluarganya terheran-heran ketika Ropek memerintahkan mereka untuk segera pergi dari desa sejauh-jauhnya. ➧Kalau bisa, menyeberang ke pulau lain. Bawalah semua uang ini untuk bekal kalian selama di sana. Nanti jika keadaan sudah aman, silahkan kembali lagi..!" ujar Ropek sambil menyerahkan semua uang pinjamannya. ➧Tapi bagaimana kalau iblis itu datang untuk menagih utang dan nyawa saya??" tanya pak Robi. ➧Dia tak akan bisa mencari bapak, karena saya telah menggantikan bapak. Saya akan menghadapi iblis itu dengan segenap kemampuan yang saya miliki," kata Ropek. Karena didesak, akhirnya pak Robi pun mengalah. Dengan berat hati, mereka pun meninggalkan desa untuk pergi sejauh-jauhnya. Dan dengan berbekal uang pemberian Ropek, keluarga Pak Robi berangkat menuju ke Bali. Hanya Robi dan Sukron yang tetap tinggal di desa itu. Malam itu, dengan ditemani Sukron dan Robi, Ropek menanti kedatangan iblis penagih hutang. Segala keperluan yang dibutuhkan telah tersedia. Keris juga sudah terselip di pinggangnya. Untuk menghadapi iblis itu, dia cukup menusokkan keris pusaka atau menyabetkan tasbih yang selalu dikalungkan di lehernya. Udara malam itu sangat dingin. Tubuh Sukron dan Robi menggigil, di samping Ropek yang sedang duduk bersila. Sukron bukan kedinginan karena udara dan angin kencang yang tiba-tiba saja merasuk ke dalam rumah. DIa menggigil karena takut. Ketika malam makin larut, Ropek terus membaca doa. Entah berapa ribu bait doa-doa yang ia lafalkan. Tiba-tiba saja, telinga ropek menangkap suara langkah kaki yang sangat berat. Berdebam-debam seakan atap rumah hendak runtuh, disusul gemerincingnya rantai yang terseret di tanah. Iblis itu telah datang. Ropek pun bersiap-siap dengan menggenggam keris dan tasbih di pinggangnya. Dan tanpa diketahui dari mana munculnya, tiba-tiba, iblis itu telah berdiri di hadapannya. Nafasnya terdengar memburu sprt bunyi lokomotif tua. Sejak iblis itu muncul, Sukron langsung pingsan di dekat kaki Ropek. Sementara, Robi menggigil ketakutan di sudut ruangan. Kedua tangan raksasa yang sebesar pohon pisang itu terulur kearah leher Ropek. Dengan gerak reflek, Ropek berdiri dan mengumandangkan takbir berkali-kali. Seiring dengan itu, keris yang terselip di pinggangnya, dihunus dan langsung ditusuekkan ke perut iblis itu berkali-kali. Untuk beberapa saat, Ropek terlibat dalam pertarungan yang begitu dahsyat. Beberapa kali tubuh Ropek terbanting keras. Tapi karrena gesitnya dia langsung berdiri sambil menghujamkan kerisnya ke seluruh tubuh iblis raksasa itu. Bahkan, beberapa kali s4betan tangan kirinya yang menggenggam tasbih berhasil mengenai tubuh si iblis. Tak lama kemudian, raksasa itu mengeluarkan suara pekikan yang amat keras, seolah bunyi petir yang bersahut-sahutan. Kemudian dengan suara lolongan yang panjang dan menyayat hati, tubuh iblis itu terpental menjebol dinding rumah dan hancur berantakan. Ropek mengusap wajahnya berkali-kali sambil mengucap Ahamdulllah dan menyarungkan kerisnya. Robi dan Sukron baru terbangun pada keesokkan harinya, dan keduanya mendapatkan tubuh Ropek yang tengah tertidur lelap di atas ranjang Pak Robi. Pagi itupun seluruh penduduk desa geger. Karena, Rentenir yang bernama Mustim Kusuma itu meninggal mendadak di rumahnya. Bahkan menurut keterangan seorang penduduk, yang siang itu ikut melayat, saat ditemukan oleh istri dan anak-anaknya tubuh pak Mustim dalam keadaan hangus terbakar. Jerit tangis pun terdengar di sekitar rumahnya. Namun tiada seorang pun yang berani mendatangi rumah itu. Bahkan hanya beberapa orang saja yang mengantar jenazah almarhum Mustim Kusumo ke pemakaman. Dengan matinya lintah darat tersebut, kini, kehidupan di desa itu pun kembali tenang dan damai. Pak Robi beserta keluarganya akhirnya kembali ke rumahnya. Sejak kejadian itu, mereka menjadi hamba-hamba Allah yang taat beribadah. Share this: Found an article helpful? Donate via Paypal Cerpen Related Posts
Show Disqus Comment Hide Disqus Comment