Hari itu, Doni dengan ditemani oleh rekan kerjanya yang akrab di panggil wahab, yang ditugaskan ke sebuah area di hutan. Tanpa bisa menolak, Wahab berangkat duluan ke sana. Doni sendiri janji akan menyusul sejam kemudian. Karena, masih ada urusan pekerjaan di lokasi tempat doni kerja. Setelah urusan tersebut selesai, dengan mengendarai sepeda motor.
Doni segera menyusul rekannya itu. Lokasi hutan yang akan dituju sekitar 75 km dari tempatnya bekerja. Tepatnya berbatasan dengan sebuah desa. Desa itu pernah dikunjunginya dengan tugas yang sama. Jalan kesana merupakan jalan darurat yang dirintis oleh pihak perusahaan. Dari desa terpencil tersebut, kayu tebangan diangkut menggunakan truk khusus.
Hari itu, cuaca sangat cerah dan cukup panas. Dengan kecepatan sedang, doni memacu sepeda motor menyusul Wahab. Mendekati sebuah tikungan, tiba-tiba mesin motornya mati, dan sepeda motor berhenti tepat di bawah pohon yang berdaun rindang. Segera diperiksa apa penyebabnya. Hampir setengah jam mengutak-atik mesin, namun tidak ditemukan juga. Mesin sepeda motor tetap saja tak mau dihidupkan.
Dasar sepeda motor sialan! Makinya dalam hati doni, sambil kemudian duduk istirahat di bawah pohon rindang itu. Doni mulai ulai berpikir untuk mengadakan kontak dengan pihak manajemen atasannya, ketika itu dihadapannya melintas seorang pria tua mengenakan pakaian agak aneh. Tampangnya terlihat sangat kumuh seperti gelandangan.
Cucu mau kemana? Sapanya sambil hentikan langkahnya. Dia menatap doni.
Ke desa sebrang kek!. Sahutnya sambil bangkit berdiri.
Lalu kenapa berhenti di sini?
Mesin motorku macet, Kek! Jawab doni sambil mendekati sepeda motor.
Apanya yang rusak? Si kakek datang mendekat. Dia bahkan turut jongkok di dekat doni.
Entah apa yang membuatnya mogok. Saya sudah menelitinya, tapi saya tidak bisa menemukan kerusakan mesin motor ini.
Coba kulihat! Si kakek tua itupun bergeser ke depan, sambil menyentuh busi dengan telunjuk jarinya. Sekejap aku terkejut, karena ujung jari si kakek tua yang ringkih itu seperti memancarkan sinar biru. Anehnya juga, dalam hitungan detik, mesin motor hidup tanpa distater sama sekali.
Belum habis rasa herannya, terdengar si Kakek berkata, Kalau cucu ingin ke desa Umang-Umang, kakek ingin menumpang. Apakah boleh, Cu?
Tentu saja aku tak keberatan, apalagi Kakek telah membantu menghidupkan mesin sepeda motorku, jawab doni sambil berusaha menekan perasaan heran dan aneh di dalam dadanya.
Ringkas cerita, pria tua itu di persilahkan duduk di jok belakang. Mungkin karena tubuhnya yang kurus, maka sepertinya doni tidak merasa membawa beban di boncengan belakang.
Begitu lewat tikungan di depan, di sebelah kiri jalan nampak sebuah pohon yang lumayan tinggi dan akar-akarnya ada yang menyembul kepermukaan, bahkan melingkari batang pohon itu sendiri. Begitu melintas di depan pohon, tiba-tiba mesin sepeda motor doni mati lagi. Anehnya, sepeda motor membelok sendiri menuju ke arah pohon tanpa dapat bisa di kendalikan doni. Tubuhnya terdorong ke depan lalu membentur pohon raksasa tersebut. Setelah itu, dirinya tidak ingat apa-apa lagi.
Apa yang terjadi kemudian? Setelah doni siuman, sepertinya doni sedang berada di sebuah kawasan perkotaan, dan tubuhnya terbaring di tempat tidur dalam ruangan yang besar, digedung yang megah dan indah. Waktu itu, layaknya sedang bermimpi. Tapi kali ini bukan mimpi, karena ketika doni mencubit terasa sakit di kulitnya.
Doni merasa aneh, di mana aku sekarang? Mengapa aku bisa berada di tempat ini? Tanyanya dalam hati. Mendadak doni ingin bangkit dari tidurnya. Namun, pada saat yang bersamaan, aura mistis mulai dirasakan. Hal inilah menyebabkan bulu kuduk merinding, sebagai isyarat bahwa doni saat itu berada dan terjebak di dunia lain. Mungkin dihuni oleh makhluk gaib yang sulit ditebak.
Doni masih dalam kondisi kebingungan, ketika muncul di hadapannya sosok makhluk berwujud manusia. Dia mengenakan pakaian mirip prajurit kerajaan tempo dulu, dan ditangan kanannya memegang sebatang tombak yang ujungnya bercabang tiga. Dengan menggunakan bahasa isyarat, laki-laki sangar dan menakutkan, meminta agar doni segera mengikutinya.
Doni tak bisa membantah ajakannya, sebab kesadaranya memang sepertinya kembali terhipnotis. Akhirnya, aku berjalan beriringan dengan lelaki penjemputku. Dia membawaku masuk ke ruangan lain yang bersebelahan dengan ruang tempatku terbaring tadi. Ruangan ini lebih megah dan lebih menakjubkan lagi. Perabotannya serba antic, seperti koleksi berabad-abad yang lalu. Kursi-kursinya penuh ukiran klasik, berpasangan dengan meja batu giok beralaskan lantai marmer mengkilat, berwarna-warni.
Di sepanjang ruangan, tergantung aneka lampu kristal yang memancarkan sinar beragam aneka warna. Bersamaan dengan itu, aroma wewangian sering hinggap di hidungku. Harum sekali.
Aku masih tertegun dan terpana, berdiri mematung, ketika ruangan yang super megah tersebut dipenuhi oleh perempuan ayu dan cantik. dan perilakunya sangat kontras dengan fenomena keindahan serta kesakralan suasananya. Pakaian mereka sangat minim, nyaris terbuka. genit ketika berpelukan dengan teman laki-lakinya.
Keberadaan doni di tempat itu seperti tidak diketahui mereka. Bahkan, laki-laki seradu yang tadi menjemputnya tidak terlihat lagi. Doni hanya tercengang saja berdiri mematung. Menyaksikan pergaulan bebas yang berlangsung di hadapan matanya. Persis seperti nonton adegan biru. Belum habis rasa heran dan bingungnya, di hadapanya telah berdiri seorang perempuan agak tua, bertubuh gendut dengan rias wajah yang begitu mencolok. Di sampingnya berdiri seorang perempuan muda yang cantik.
Begitu lama perempuan gendut itu menatap wajahnya. Seperti ingin menaksir wajah dan penampilannya. Dengan bahasa isyarat, dia ingin tahu siapa namanya. Lalu Doni jawab pula dengan bahasa isyarat. Entah mengerti atau tidak, dia kemudian bertanya,
Hai Anak muda, mengapa kau sampai berada di tempat hunian kami ini?
Layaknya orang tunarungu, Doni menjelaskan dengan bahsa isyarat bahwa dirinya tak sengaja berada di tempat mereka. Alasannya, karena sepeda motornya menabrak sebatang pohon di pinggir jalan. Dan dia ungkapkan, bahwa sepeda motornya mogok. Lalu dibantu oleh seorang kakek, dan bersama kakek itu menuju desa.
Nampaknya si nenek paham, dan mengatakan, pria tua itu adalah ayahnya yang ingin mencari suami untuk cucuknya. Dan diapun menunjuk perempuan di sebelahnya sebagai cucu si kakek.
Komunikasi menggunakan bahasa isyarat berlangsung dengan lancar tanpa menemui kendala yang berarti.
Aneh, memang! Saat itu, Doni juga sempat memastikan bahwa mereka berasal dari dunia lain, yang tidak bisa bicara. Kalaupun mereka berbicara, maka doni tidak akan mengerti dan memahaminya.
Ketika perempuan gendut menjelaskan bahwa pria tua yang menolongnya menghidupkan mesin motor itu adalah kakeknya, maka doni mulai curiga. Entah apa yang akan mereka lakukan terhadap dirinya.
Apakah kamu bersedia kukawinkan dengan putri tunggalku ini? Tanya perempuan gendut itu dalam bahasa isyarat yang mendadak saja bisa di mengerti oleh doni.
Secepatnya doni memberi isyarat bahwa aku telah punya isteri. Bahkan, dirinya juga memberi isyarat bahwa sangat mustahil makhluk Tuhan berbeda alam bisa menyatu dalam sebuah perkawinan.
Cukup lama doni termenung dan tertegun. dirinya menjadi sangat bingung, sebab tak mampu berkomentar. dia hanya bisa manggut-manggut, seolah-olah memahami apa yang dijelaskannya barusan.
Singkat cerita, saat itu Donipun tak mampu membendung gejolak dirinya. Dan apa yang terjadi selanjutnya, tak perlu diceritakan secara rinci. Sehingga hubungan terlarang tersebut terjadi berulang kali, hingga doni pingsan alias tak sadarkan diri. Mungkin akibat kecapekan atau karena pengaruh lainnya.
Begitu siuman, doni merasa malu karena tubuhnya dalam keadaan tanpa busana, di dihadapanya ada beberapa orang pria. Mereka adalah pekerja yang melintasi di tempat itu, mengangkut kayu gelondongan dengan truk. Doni ditemui dipinggir jalan di bawah pohon beringin. dan terkapar di sana dalam keadaan setengah sadar.
Tidak jauh dari situ, mereka juga menemukan sepeda motornya dalam kondisi berantakan. Karena itulah, untuk sementara doni dinyatakan mengalami kecelakaan, menabrak pohon di pinggir jalan. Namun satu hal yang membuat mereka bingung, kenapa dirinya bisa terbaring dalam keadaan tanpa busana.
Setelah peristiwa itu, Doni juga mengalami suatu keanehan. Cukup lama doni tak mampu memberi nafkah batin ke isterinya. Doni dan isterinya sering mendengar tangisan bayi di dekat tempat tidurnya. mereka sibuk mencarinya hingga ke bawah kolong ranjang ranjang.
Menduga rumah itu telah dihuni oleh hantu.
Karena keanehan doni, akhirnya mempertanyakannya kepada Pak Bagyo, orang pintar di lingkungan tempat tinggalnya.
Itu darah dagingmu..!! Jawab Pak Bagyo yang menguasai ilmu gaib.
Tentu saja Doni bingung dan heran. Apa mungkin persetubuhan gaibnya dengan sosok jin wanita bisa membuat kehamilan? Untuk menjaga ketenangan dalam rumah tangganya, doni minta pada sang paranormal untuk memberikan solusi menghilangkan suara tangisan bayi tersebut, sehingga tidak terdengar lari.
Kalau sekedar hanya meredam suara tangisnya mungkin bisa, tapi jika untuk mengusirnya tidak mungkin. Karena dia adalah darah dagingmu yang akan terus membayangi langkahmu kapan dan di mana saja. Ungkap Pak Bagyo.
Doni semakin tak mengerti. Tapi Doni serahkan semua ini hanya kepada Alloh SWT.
Share this:
Found an article helpful? Donate via Paypal
Related Posts
Show Disqus Comment Hide Disqus Comment