Karena merasa miskin dan seringnya dihina, akhirnya dirinya menghamba kepada setan untuk mendapatkan ilmu kesaktian. Setelah tubuhnya kebal dari berbagai macam senjata, dirinya berubah menjadi seorang yang sangat jahat.

Arogansi dan kesewenangan  akan membawa dalam kehancuran. Itulah sebuah pelajaran penting dalam perjalanan hidup yang sering di lupakan insan manusia. Sudah sering terjadi, orang yang sombong, pasti merasa lebih tinggi derajatnya/kedudukannya dari orang lain, dan pada akhirnya justru akan jatuh dalam sebuah kehinaan yang paling rendah. Bahkan bisa lebih fatal, yakni kematian yang sia-sia.

Kenyataan ini juga yang telah menimpa Gareng (nama samaran). Perjalanan hidupnya mungkin bisa di jadikan cermin bagi kita semua, khususnya bagi mereka yang telah mendalami ilmu kesaktian, dengan dalih untuk perlindungan diri agar terhindar dari suatu tindak kejahatan. Karena apa yang tadinya diniatkan bisa untuk kebaikan,  apabila tidak di iringi dengan sikap perilaku yang benar justru akan menjerumuskan dalam ketersesatan.

Cerita tentang riwayat hidup Gareng di dapat dari seorang kerabat dekatnya. ketika itu saya bertemu dengan seorang orang tua yang sedang duduk di teras luar masjid. orang tua tersebut bercerita dengan detailnya.

*Kenapa dirinya sampai menjalani hidup layaknya binatang atau bisa di bilang manusia tak berharga begitu?
*Dirinya sudah tak waras, suka merusak, dan mengganggu warga. Padahal awalnya dia orang yang sakti. Tubuhnya cukup kebal dari senj4ta taj4m dan mampu membengkokkan sebatang besi.." Ujar Pak tua tersebut.
*Jika dirinya bisa membengkokkan besi, kenapa dirinya tidak bisa melarikan diri??. Tanyaku.
*Karena ia sudah tak bisa apa-apa lagi. Karena semua kesaktian yang dimilikinya telah musnah, bahkan otak warasnya juga ikut musnah.
*Masya Alloh..!! Kok bisa begitu, Pak???.
*Ceritanya panjang...."

Selanjutnya pak tua tersebut bercerita tentang perjalanan hidup Gareng.
Dia di lahirkan dalam keadaan yatim piatu dan berada di lingkungan keluarga miskin. Gareng tumbuh menjadi anak yang tertutup. Ayahnya meninggal saat dirinya masih bayi. Sementara ibunya yang janda kemudian menikah lagi.

Gareng waktu itu masih berusia 5 tahun dan diasuh oleh kakek dan neneknya. Gareng hanya bisa mengenyam pendidikan SD,  karena orang tuanya sudah tak mampu membiayainya. Sehari-harinya, Ia membantu kakeknya menggembala ternak dan menggarap ladang. Dalam pergaulannya, Gareng sering diejek, dan direndahkan oleh teman-temannya. Maklumlah, karena tubuh gareng paling kurus dan hidupnya yang miskin.

Dirinya juga tak pernah melawan, jika dipukuli oleh temannya. gareng sering dijadikan kacung atau suruhan oleh teman-temannya. Ia menyadari bahwa dirinya memiliki kekurangan dan kelemahan. Suatu hari Gareng mendengar sebuah informasi dari temannya tentang orang pintar yang punya kesaktian. Konon katanya, orang pintar tersebut mengajarkan ilmu kebal, pengasihan, ilmu tenaga dalam, dll.

Gareng pun jadi tertarik untuk berguru. Ia pun meminta ijin pada kakeknya untuk pergi menemui orang pintar tersebut dan belajar ilmu padanya.
- Untuk apa kamu belajar ilmu seperti itu, Nak"??. Ucap kakeknya ingin tahu.
- Untuk membekali diri, Kek. Biar diriku tidak terus di rendahkan dan di remehkan orang-orang.!!" Jawab Gareng.
- Ingat, Nak, Jika kamu tidak kuat, nanti kamu bisa gila. Ilmu kesaktian harus dipelajari dengan laku yang berat. Lagi pula kamu belum tahu caranya, apakah ilmu yang di ajarkan orang itu tergolong ilmu hitam atau ilmu putih. Jika ilmu hitam, sebaiknya kamu urungkan niatmu itu nak. Justru akan merusak dirimu sendiri!"

Gareng tak bergeming. Dirinya tetap pada pendirianya. Meskipun kakeknya tak merestui, Gareng pun akhirnya pergi untuk menemui orang pintar tersebut yang tinggal di daerah lereng pegunungan. Rumah orang pintar yang bernama Mbah Jono itu hanya berupa gubuk bambu dan terpencil.

Mbah jono hidup sederhana, dan menjauhi dunia ramai. Namun tak sedikit orang yang datang menyambanginya. Terutama pada malam Selasa Kliwon dan Jum'at Kliwon. Mbah Jono sering dijadikan perantara bagi orang-orang yang ingin menjalankan laku pesugihan atau semedi di salah satu goa di lereng gunung. Ketika Gareng yang masih muda itu datang dan mengutarakan maksud kedatangannya, Mbah Jono malah tertawa terbahak-bahak.

- Untuk apa kamu ingin punya ilmu kesaktian, bocahkencur???. Tanyanya.
- Biar aku tak direndahkan dan diremehkan orang lagi, Mbah. Aku ingin kaya dan punya kedudukan, biar dihormati orang-orang.!!! Jawab Gareng.
- Aku pasti sanggup, Mbah. Apapun resikonya..!!!.

Karena Gareng terus memaksa, akhirnya Mbah Jono menyanggupinya. Si Mbah lalu meminta Gareng tinggal beberapa hari dirumahnya. Dirinya harus menjalani beberapa laku dan tirakat untuk memasukkan ilmu gaib itu ke dalam tubuhnya. Sebelum memasukkan unsur gaib ke dalam tubuhnya.

- Mbah Jono sempat memberi penjelasan pada Gareng, "Aku akan memasukkan kekuatan jin kafir ke dalam tubuhmu dan akan membuatmu kebal, senjata apapun tak akan mempan, dan mampu membengkokkan besi. Dengan kelebihan ini kamu bisa mewujudkan keinginanmu. Tapi harus kamu ingat, ilmu ini harus kamu rawat. Setiap pada malam Jum'at Kliwon harus diberi sesaji dan tumbal.
- Apa kamu bersedia???.
- Bersedia, Mbah..!! Jawab gareng dengan tegas. Dirinya tak perlu berpikir ulang lagi untuk menyanggupi persyaratan yang diajukan Mbah Jono, atau berusaha untuk tahu apa efek samping ilmu itu nantinya.

Setelah menjalankan ritual, dan merapalkan jampi-jampinya, akhirnya Gareng dinyatakan lulus menguasai ilmu yang diberikan Mbah Jono. Sebelum keluar dari rumah si mbah dan kembali ke dunia ramai, Gareng  melakukansebuah ritual, meny3mbelih seekor ayam cemani yang seluruh bulu dan tubuhnya berwarna hitam. Peny3mb3lihan mengandung makna sebagai bentuk pengorbanan atau persembahan.

Akhirnya Gareng pulang ke kampung halamannya. betapa kaget ketika sampai di rumahnya, dirinya mendapat kenyataan pahit, kakek yang sangat dicintainya meninggal dunia. Kematian kakeknya pun terkesan misterius dan sangat mendadak. Menurut cerita, orang tua itu diketahui sedang mecari rumput di sawah. Entah bagaimana kejadiannya, orang-orang sudah menemukan kakek itu dalam keadaan tergeletak di bawah pohon, dengan s4bit masih menancap di lehernya. Ada kemungkinan dirinya naik ke atas pohon dan jatuh. Saat terjatuh itu tanpa sengaja s4bit yang dipegangnya menancap di leher.

Akan tetapi bagi Gareng yang melihatnya seolah tak ada yang aneh. Dirinya teringat dengan ayam cemani yang disemb3lih dan diminum dar4hnya pagi tadi. Sepertinya kematian ayam cemani itu serupa dengan kematian kakeknya. Mungkin ini syarat tumbal yang dikatakan Mbah Jono. Kematian kakeknya tak lain merupakan sebuah tumbal yang menjadi persembahannya.

Hati Gareng seakan terc4bik-c4bik rasanya, ia berusaha menekannya. Dirinya menepis rasa bersalah. Apalagi kakeknya yang sudah cukup tua dan pantas mati, batinnya menenangkan diri. Selanjutnya Gareng menjalani hidupnya yang baru. Kini ia bukan lagi gareng yang lemah, tak berdaya, dan cengeng. Ia berubah menjadi Gareng yang pemberani dan tangguh. Jika ada orang yang meremehkan dan merendahkannya, ia tak akan tinggal diam. Ia akan menantang orang tersebut berkel4hi, bahkan meminta untuk memakai sajam sementara dirinya hanya tangan kosong.

Suatu ketika, terjadi sebuah  perselihan antara gareng dengan sekelompok pemuda desa. Gareng langsung menantang per4ng tanding. Tantangan ini langsung ditanggapi oleh segerombolan pemuda itu. Namun, ketika mereka menyerangnya dengan pukulan, tendangan, dan s4betan cluuurit, Gareng diam saja. Ia membiarkan tubuhnya di jadikan bulan-bulanan. Aneh bin ajaib, kulit Garengpun tak tergores ataupun terluka sedikitpun. Malah tangan orang-orang yang telah mem*kulnya menjadi kesakitan.

Melihat Gareng tak mempan dib4c0k dan ditembus sajam, spontan para pemuda itu merendahkan diri di depannya dan meminta ampun. GAreng tertawa penuh kemenangan. Merasa di atas angin, Gareng meminta mereka semua mencium kaki dan menjilatinya. Jika tak mau, ia akan memb*nuh mereka. Seperti anjing yang setia pada majikannya, mereka pun menurut saja menciumi dan menjilati kaki Gareng.

Suatu ketika polisi sektor setempat yang mendengar ucapan Gareng dan merasa tertantang. Dia pun diam-diam ingin meringkus gareng. Kebetulan dia tahu tempat Margono dan teman-temannya sering bermain juedi serta minum-minuman ker4s. Dengan penuh percaya diri, petugas itu menggerebek Gareng. sambil menodongkan pistolnya. Tapi gareng tampak santai saja. *Ayo, temb4k aku kalau berani..!! Tantangnya.

Terpancing emosi, polisi itu langsung menemb4k kaki gareng sesuai prosedur. Tapi yang terjadi? Bukannya merintih sakit atau terjatuh, Gareng malah tertawa geli. Ia lalu memperlihatkan bekas temb*kan peluru yang hanya merobek kain celana tanpa menggores kulitnya. Wajah polisi itu pucat pasi dan gemetar. Kejadian berbalik, polisi itu kemudian dih*jar beramai-ramai oleh gareng dan anak buahnya. Dia dianc4m jika sampai mengganggu geng Gareng akan kekout.

Akhirnya para petugas ngeri berhadapan dengan gerombolan gareng. Mereka tak pernah punya bukti untuk mengungkap kejahatan gareng agar bisa menangkapnya. Karena dalam menjalankan aksinya, gareng begitu licin dan tak terdeteksi.

Meski semua orang tahu bahwa pekerjaan gareng suka mer*mpok dan mencuri, dan semua kekayaan dan rumah mewah yang dimilikinya adalah hasil kejah*tan, tapi tak ada yang bisa membuktikan dan menangkap basah perbuatannya. Dalam menjalankan aksinya, Gareng menggunakan ajian atau ilmu gaib yang tidak memungkinkan terlihat oleh orang biasa.

Telah banyak masyarakat yang menjadi korban kejah*tan Margono. Kemudian muncul inisiatif dari seorang tokoh masyarakat untuk meminta bantuan seorang Kyai di luar daerah yang berilmu tinggi. Menurutnya, aksi Gareng  yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan ilmu hitam hanya bisa di hentikan dengan kekuatan ilmu putih. Hanya saja yang menjadi masalah bagaimana melawan kemampuan ilmu kebal yang dimiliki gareng.

* Setiap orang punya kelemahan dan kekurangan pada dirinya. Tak ada orang yang paling sakti dan ampuh di dunia ini. Yang paling tinggi ilmunya hanyalah Alloh SWT. Yang dilakukan orang seperti Gareng hanyalah mengandalkan kemampuannya untuk mengesankan, bahwa dirinya sangat kuat dan tak terkalahkan.!!!. Demikian keterangan Pak Kyai.

* Jadi apa yang harus kami lakukan, Pak Kyai?"
* Beri saya waktu untuk meminta petunjuk Alloh SWT, tentang kekuatan yang dimiliki gareng sekaligus titik kelemahannya!"

Pak Kyai lalu melakukan Sholat. Pak Kyai bertafakur tanpa ada seorang pun boleh mengganggunya. Setelah selesai, beliau kembali keluar menemui tamunya.

* Insya Alloh, saya tahu kelemahan dari saudara Gareng. Ilmu kekebalan yang dimilikinya akan sirna bila dip*kul dengan daun kelor sambil membacakan ayat suci al-qur'an..!!!" Ujar Pak Kyai.
* Kami pernah mencobanya mem*kul dengan daun kelor, tapi tak mempan???.
* Dip*kul pada tengkuknya, karena disana letak simpul syaraf yang menghubungkan antara syaraf otak dan syaraf bagian tubuh.!!.
* Kalau begitu cepat kita lakukan saja, Pak Kyai, sebelum kejahatan Gareng semakin merajela!"
* Sebentar..!! Kita tak boleh gegabah dalam mengambil sebuah tindakan. Saya tahu, Gareng  orang j4hat dan sesat. Tapi sebelum mengambil tindakan padanya, kita perlu mengajaknya secara baik-baik untuk kembali pada jalan lurus. Mudah-mudahan, dengan cara halus kita bisa membawanya kembali pada jalan kebenaran..!!

Apa yang telah dikatakan Pak Kyai benar. Kejahatan tak harus dilawan dengan kasar. Maka, diantar Pak Kyai tersebut menemui gareng. Dengan terus terang Pak Kyai mengutarakan maksud kedatangannya.

* Ingat, Nak gareng. Yang namanya perbuatan jahat kelak akan dihisab oleh Alloh SWT dan akan mendapatkan ganjarannya. Sebelum segalanya terlambat, lebih baik Nak gareng  bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Insya Aloh, jika Nak gareng bertobat nasuha segala dosa-dosa yang lalu akan diampuni Alloh. Percayalah..!* Demikian ajakan Pak Kyai.

Tapi ajakan itu ditampik keras oleh gareng. Bahkan dengan kasar ia mengusir Pak Kyai. Dia mendorong tubuh Pak Kyai agar keluar dari rumahnya. Pak Kyai tak melawan. Hal ini membuat gareng semakin beringas. Dia mengh*jar Pak Kyai di hadapan orang-orang. Pada saat mendapat kesempatan, Pak Kyai tidak tinggal diam. Ia mengambil ranting daun kelor yang telah dipersiapkan dan membacakan doa-doa.

Sambil mengucapkan Astagfirulloh dia lalu meny4betkan ranting daun kelor itu ke tengkuk Gareng. Gareng pun menjerit kesaktian sebelum kemudian ambruk tak sadarkan diri. Hampir dua hari gareng pingsan. Ketika siuman, keadaan dirinya berubah 180 derajat. Dia menjadi lupa ingatan dan hilang seluruh ilmu kesaktian pada dirinya.

Pak Kyai sudah berusaha meruqiahnya agar bisa dikembalikan dalam keadaan normal, akan tetapi beliau tak sanggup. Jiwa gareng sudah terlanjur rusak oleh perbuatan jin kafir.  Begitulah. Akhirnya Gareng  berubah menjadi tak waras. Oleh kerabatnya ia diperlihara dan dirawat. Tapi karena sering membahayakan orang lain, iapun dikurung seperti binatang. Kabar terakhir yang di dengar, ia sudah meninggal dalam keaadaan gantung diri! Naudhubillahi mindhalik !

Share this:

Related Posts

Show Disqus Comment Hide Disqus Comment

Disqus Comments